Archive for the 'Opini' Category

Apakah Mereka Satu?

Maret 25, 2009

Masalah ini sudah larut terlalu lama, menggantung, bahkan melebar kemana-mana setelah sang juru kunci *blognya udah mampus* menghilang tanpa bekas ibarat di telan buaya. sehingga penyelesaian masalah disini dan disini pun menjadi kian tak jelas. Alih-alih muncul secara jantan, dia justru bersembunyi di balik punggung teman-temannya. sementara dia, entah sedang apa diluaran sana.

Berbagai cara telah diupayakan agar sang eiven ini mau unjuk gigi dan segera meng-clear-kan segala masalah yang sudah timbul dan menyeret banyak pihak. terlalu banyak malah. tapi nampaknya eiven masih terlalu nyaman di persembunyiannya.

Lalu, muncullah KSH dengan segala kisah dan publisitasnya, wajahnya terpampang dimana-mana. menariknya (atau, sial-nya) kisah yang menyertai tuan KSH ini memiliki kesamaan dengan sang eiven. Bahkan, terlalu banyak untuk di katakan sebagai sebuah kebetulan. namun, segalanya masih tetap saja mungkin. penjelasan lengkap ada disini.

Sedikit kutipan :

Jika disimak dengan cermat, teori yang dipakai KSH ini sama persis dengan teori eivengusky. Menitipkan username and password ke sesama blogger, mengharapkan simpati dari bloggernita dengan cara menyuguhkan cerita cerita ala sinetron-menurut Unieq, sahabat lama eiven-.

Dan momentum inilah yang kemudian digunakan untuk memaksa eiven keluar dari zona nyamannya. dan tampaknya, gayung bersambut, umpan termakan. sang eiven berencana akan kopdar dengan beberapa sahabat bloggernya. semoga, kemunculannya adalah untuk menyelesaikan masalah yang ada disini. bukan sekedar cari selamat dengan melebarkannya ke hal-hal remeh. will see lah…

Jika memang eiven bukan KSH, Silahkan bicara, jangan cuma diam dalam sembunyi, karena itu cuma menyuburkan prasangka. Kecuali jika anda adalah satu.

Review Buku : Travellous

Maret 11, 2009

“Sudah berlalu tiga jam dari kedatangan.  Dada masih saja naik turun ga karuan, gugup!. Akhirnya dengan bijak saya memutuskan untuk duduk diruang tunggu, diam disana, beradaptasi dulu. Memulai bercakap dengan orang sekitar untuk lebih menguasai diri dalam keadaan shock culture. Waktu terus berjalan dari pagi, Siang lalu menuju sore yang kelabu. dan perut saya sekarang lapar…” (hlm: 33)

Satu lagi buku yang diangkat dari blog, sebuah catatan online seorang backpacker bernama Andrei. Andrei mengaku bahwa keinginannya merenggut jurnal onlinenya dan mewujudkannya dalam bentuk hardcopy berangkat dari banyaknya permintaan untuk menerbitkan blognya menjadi sebuah buku.

Saya excited sekali mendapati kenyataan bahwa sayalah orang pertama yang membaca versi buku-nya dan langsung saya terima dari penulisnya sendiri. Alhasil, setelah buku ditangan, saya langsung melahapnya habis halaman demi halaman yang tidak satu paragraf pun saya lewatkan. dan kemudian menuliskan review ini sembari berharap bahwa sayalah orang pertama yang mereviewnya. Apakah Isinya?

tragedi

Januari 17, 2009

Tragedi selalu menarik untuk di-berita-cerita-kan, syaraf kesadaran saya selalu merasa tergugah ketika mendengar atau bahkan menyaksikan sebuah tragedi.

Tragedi besar luar biasa soal kalapnya naluri biadab mahluk-makhluk zionis yang mem-babi buta membunuhi penduduk Gaza misalnya, akhir-akhir ini menjadi berita yang paling saya nantikan, rasa interest saya jelas lebih tinggi ketimbang ketika menyaksikan film perang hasil propaganda Hollywood.

Saya sendiri tidak bisa lagi membedakan rasa tertarik saya itu karena rasa peduli pada kemanusiaan atau hanya memuaskan nafsu saya akan hiburan. “Bad news is a good news” begitu orang jurnalis berpendapat. Itulah kenapa berita kriminal selalu lebih menarik ketimbang warta pendidikan, kecelakaan saat ibadah haji lebih ‘menjual’ ketimbang ritual haji itu sendiri, bentrok suporter atau wasit yang jadi bulan-bulanan lebih menyita perhatian ketimbang detil jalannya pertandingan.
Contoh lain, saya akan berlari meninggalkan apapun yang sedang saya kerjakan ketika mendengar kabar ada kecelakaan hebat di jalan raya, bukan untuk menolong, namun hanya sekedar menonton.

Ternyata tragedi tak hanya berarti kesedihan, namun dapat juga jadi pemuas nafsu kebutuhan akan hiburan. Tentunya, bagi orang-orang yang mati hati.