Saya menemukan Sajak ini pada sebuah milis, Terselip diantara dua sajak lainnya “lebaran” dan “Puisi yang sulit berhenti” Menarik, Unik, menggelitik, tapi tak kehilangan daya kritisnya. Sajak ini rupanya ditulis oleh Haris Firdaus, seorang Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS (Universitas Sebelas Maret).
Saya Curiga sajak ini lahir setelah Haris menangkap basah kedua penyair, Hasan Aspahani (HAH) dan Joko Pinurbo (Jokpin). keduanya sedang asyik menyoal masalah ‘celana dalam’. yang secara diam-diam (atau sengaja) kemudian di dengar Haris. berusaha memasang telinga, dan memutar otak agar bisa mendengarkan obrolan kedua Penyair itu secara lebih jelas.
Inilah yang diucapkan HAH kepada Jokpin :
Celanadalam yang Kucuri dari Rumahmu*
: Joko Pinurbo
/1/
Waktu singgah di rumahmu, engkau dengan bangga
memamerkan beberapa celanadalam istimewamu.Saat kau lengah, kucuri salah satu celanadalam itu.
Di rumahku, aku langsung menjajal celanadalammu itu.
/2/
Harus kuakui celanadalammu memang istimewa. Enak
dipakai dan tidak membuat anuku nyelip ke mana-mana.Saking enaknya, aku lupa menggantinya. Padahal, seenak
apapun celanadalam ‘kan harus dicuci, supaya tetap suci.Itulah mungkin sebabnya, sekarang aku terserang gata-gatal.
Celanadalam yang enak jadi tidak enak. Anuku pun berontak.“Bagaimana, Tuan? Anda sudah ketularan penyakit saya?”
tiba-tiba kuterima pesan pendekmu di telepon genggamku.
lantas Jokpin membalasnya demikian :
Puasa*
(kepada penyair Haspahani)
Saya sedang mencuci celana dengan airmata
yang saya tabung setiap hari.Saya sedang mencuci kata-kata dengan darah
yang mengucur dari ujung jari-jari.Dari kamar mandi yang jauh dan sunyi
saya ucapkan selamat menunaikan ibadah puisi.(2007)
*) Pembacaan lengkap kedua sajak ini bisa di jenguk di sini
Lalu Haris menyeruak, berkata kepada kedua penyair.
Kenapa Meributkan Celana Dalam, Penyairku
“Kenapa mesti meributkan celana dalam, Wahai Penyair?
Bukankah rakyat sedang kelaparan dan harga bahan pokok
melangit?” tanya lelaki brewok itu pada kalian.Dan kalian maklum:
Baginya, revolusi belum selesai.“Kenapa mengumbar celana dalam di muka sajak, Penyair?
Bukankah ia seharusnya ditimbun dalam sajak paling
dalam?” kata seorang lelaki tua bertopi yang menangis
karena khawatir moral turun lagi.“Kenapa hanya tertarik pada celana dalam, Lelaki?
Bukankah isinya jauh lebih menarik?” selidik
novelis perempuan itu keheranan.Sekali lagi, kalian maklum:
Penyair memang belum jadi jagoan yang boleh
memakai celana dalam di luar.September 2007
coba saja di tilik yang diucapkan Haris dalam sajaknya, sajak yang dibuka dengan melempar tanya;
“Kenapa mesti meributkan celana dalam, Wahai Penyair? / Bukankah rakyat sedang kelaparan dan harga bahan pokok / melangit?” tanya lelaki brewok itu pada kalian.
saya kira inilah keheranan Haris kepada kedua penyair, saat kondisi terpuruk seperti saat ini, mengapa justru keduanya sibuk diskusi soal celana dalam?. Apakah celana dalam lebih penting ketimbang Rasa lapar dan penderitaan rakyat? apakah penyair itu sudah lepas tangan, tutup telinga, pejamkan mata perihal gejolak sosial yang makin menghebat akhir-akhir ini? sehingga lebih suka berbincang soal celana dalam. Haris yang sebenarnya tahu bahwa celana dalam hanyalah sebuah metafora untuk menggambarkan “karakter, gaya, atau teori berpuisi”, namun toh ia tetap mempertanyakannya. melalui tokoh “lelaki brewok”, yang dipasang haris juga sebagai metafora “orang yang tak mengerti sajak (?)” kenapa begitu? lihat saja pertanyaannya kepada ‘penyair’ itu seolah ia memahami celana dalam pada makna denotasi, “metafora orang yang tak mengerti sajak” yang dijelaskan juga oleh bait Dan kalian maklum: / Baginya, revolusi belum selesai. dan tentu saja kenyataannya ada banyak semacam “lelaki brewok” ini.
Pada bait berikutnya, Haris berupaya menyeret “celana dalam” dalam terjemahan lainnya, perhatikan baitnya
“Kenapa mengumbar celana dalam di muka sajak, Penyair? / Bukankah ia seharusnya ditimbun dalam sajak paling dalam?” kata seorang lelaki tua bertopi yang menangis
karena khawatir moral turun lagi.
Haris meminjam tokoh “lelaki tua bertopi”, mungkin untuk menerjemahkan “celana dalam” sebagai “rasa malu (?)” yang mewakili gambaran manusia bijak dan moralis, yang selalu kuatir terjadi degradasi moral, kenapa? karena celana dalam bisa saja diasumsikan sebagai sesuatu yang sangat pribadi, vital, rahasia dan tabu untuk di umbar di muka umum. (tentu asumsi tentang ketersembunyian celana dalam ini adalah asumsi yang ditopang oleh adat istiadat yang normatif di Indonesia). Dan bukankah hilangnya ‘rasa malu’ serta merta mengikis moral?
bait berikutnya terasa vulgar, namun segar. yang membuat “novelis perempuan” terheran. bukankah kebanyakan lelaki lebih tertarik pada “isi”nya ketimbang celana dalamnya?!
Dan bait penutup jika Haris Konsisten mengasumsikan “celana dalam ” sebagai “karakter, gaya, atau teori berpuisi” maka kalimat ini “/Penyair memang belum jadi jagoan yang boleh memakai celana dalam di luar” bisa saja dibaca bahwa penyair seharusnya sadar bahwa “celana dalam”nya belumlah cukup sempurna untuk dipamerkan dan dipakai diluar layaknya seorang jagoan, itulah sebabnya seorang Jokpin pun masih merasa perlu mencuci “celana dalam”nya dengan air mata yang ditabungnya setiap hari.
ahh.. mungkin benar saat seorang teman berkata bahwa ; penyair adalah puisi yang takkan habis dibaca!
Sumber Bacaan :
Belajar dari “Celana Dalam” Jokpin dan HAH
Millis Klub Bentang Sastra
obrolan celana dalam di tempat lain :
Celana Dalam
Dari Hati Terdalam Sebuah Celana Dalam
Khasiat Celana Dalam
Telaah] Kenapa Jokpin Harus Memelorotkan Celananya?
Sabda Celana
*Buat Kang Haris, Maaf kalo pembacaan saya atas sajaknya ngawur dan tak sesuai kaidah, maklum masih belajar
Oktober 4, 2007 pada 12:04 am
kalo celana dalam masuk dalam ruang2 puisi maka hanya bisa diliat kecerdasan seorang penyair dalam membongkar tabu yg ada dimasyarakat
*salute buat penyairnya n salute bagi yg analisanya nih*
🙂
Oktober 4, 2007 pada 1:15 am
Weis,,,salut sama mas Andalas…
Analisisnya keren euy.
*eh, ai baca ampe abis loh* ^^v
Ai suka sama puisi..tapi ga semua puisi ai suka untuk dianalisis. hehe. Dan kalo pun menganalisis puisi..tulisan ai ga akan sebagus si mas ini. apa akang ya? (kan orang sunda ^^) Maklum ga pinter berkata-kata. ^^;;;
Tapi kalo yang ai tangkep dari uraian panjangnya..
Seringkali manusia itu suka bgt ya..meributkan hal yg kecil. Mungkin lebih tepatnya.. sering menanggapi sesuatu hal yang semestinya bisa dengan cara yang simple. Tapi..karena faktor cara pikir dan sudut pandangnya itulah..yang justru malah jadi ribet. Mungkin emang kita seharusnya belajar untuk Take it easy untuk nyelesein sgala persoalan.
eh..maaf ya mas kalo salah. Maklum suka sok tau nih. ^^;;;
Ditunggu lagi bahas puisi yg lainnya ^^b
Oktober 4, 2007 pada 2:17 am
#almascatie
disitulah kepiawaian penyair dituntut, sebisa mungkin ia bisa ‘bermain aman di wilayah peka’ itu kata bung HAH
kalo menurut saya tabu juga relatif khan?
#Ai
jadi belum layak di bilang bagus masih jauh
wahh.. Ai suka Puisi juga rupanya, saya baru-baru ini saja jatuh cinta pada puisi, waktu SMU paling benci sama puisi
tanpa sebutan mas ataupun akang juga ndak masalah, biar berasa muda juga *halah*
perbedaan sudut pandang dan latar belakang itu juga harus kita hargai, itung-itung belajar mendewasakan diri.
sepakat!! persoalan gampang jangan dibikin ribet ^^v
gak salah kok Ai, lagipula disini bukan tempat buat justifikasi benar dan salah, jadi santai aja
Oktober 4, 2007 pada 4:47 am
aduh naca wacana diatas bikin ekspresi muka saya gak menentu… 😕
Oktober 4, 2007 pada 4:53 am
eh maaf, *baca maksudnya 😀
analisa yang baik kang “tuh celana dalam bikin halis saya ngangkat keatas ke bawah”, kadang saya agak bingung kalo baca karya sang penyair handal suka dibawa keliling2 kemana dulu, samapi merasa pusing & menyimpang arti dari maksud sebenarnya yang beliau maksudkan…maklum wong cetek hehe
Oktober 4, 2007 pada 5:24 am
gitu aja kok repot :p
Oktober 4, 2007 pada 8:16 am
kok pake istilah celana dalam, knp nga kolor aja.
*jd ingat kolor ijo
*kaburrr sblm dibekap pake kolor ijo
Oktober 4, 2007 pada 10:08 am
Waduh….. klo puisi tingkat tinggi saya gak ngerti neh…. Saya seneng puisi2 yg kata2nya langsung ke sasaran, jadi lebih gampang dimengerti….
Oktober 4, 2007 pada 10:55 am
buat org biologi yg KUALAT karna dulunya benci puisi (kekekekkk…)
aku gatau niy hrs komentar apa… secara aku pusing kl baca puisi yg kata2 nya ngalor-ngidul ga tudepoin… Harus bener2 dipikir biar tau maksudnya mo ngomong apah.
Lha kadang udah berpikir keras masih salah persepsi juga…
Susah deh, saya lebih suka sajak Tomat ama Gajah yg jaman TK dulu.
TOMAT
buah tomat merah warna nya
kalo dimakan enak rasanya
mari kawan kita mencoba
supaya badan menjadi sehat
GAJAH
gajah binatang yg besar
matanya kecil
hidungnya panjang telinganya lebar
dimana tempatnya
di kebun binatang
Nah, itu doang tuh yg aku tau, krn tudepoin kt2nya…
*drpd musingin kolor maksud nya apa…*
masih mendingan ngetawain si JokPin yg anu nya brontak gara2 make kolor boleh nyolong…
*emang boleh yah ngomongin anu pas puasa… gyahahaaaa*
Oktober 4, 2007 pada 6:20 pm
celana dalam sesuatu kejelekan manusia yang sangat tersembunyi .
Oktober 4, 2007 pada 7:56 pm
analisanya mantabs
*walau sayah otaknya tak sampai*
Oktober 4, 2007 pada 8:34 pm
#Neng Liez
jangan serius2 klo baca sajak, sante ajah
otak saya juga gak bakalan nyampe kalo dibawa terlalu serius, pabalieut…rieut!!! 😆
#finkz

#Ina
kalo ini saya tidak berhak untuk menjawab
*timpuk Ina pake sandal*
#eucalyptus
langsung menuju sasaran? kayak sniper ajah
#mpok nopi
hihi memang gitu tabiat puisi, memadatkan kata, memperluas makna *halah sok tahu*
tapi, puisi gajah dan tomatnya lucu juga 😀
emang ada yang ngelarang? asal gak dimakan ajah insya Allah gak batal puasanya
#nayz
berarti superman emang gak tau malu yah, make ‘celana dalam’ diluar
#jendral bayut
kalo gitu tau mantapnya dari mana jendral?!
Oktober 4, 2007 pada 10:57 pm
wah…abisnja tjelana dalam itoe menoeroet orang Indonesia masi taboe karena dianggap0 sebagai benteng terakhir…
betewe, kenapa jang tertarik dengan isinja itoe lelaki…???boekan si novelis wanita itoe sendiri…???
lelaki disini bajoet kah…???
*dikedjer anto*
Oktober 4, 2007 pada 11:11 pm
Hahahaha 😀 Sajak itu berkaitan dengan imajinasi, Bung. Seseorang yang tidak tertahbiskan sebagai penyair pun berhak untuk mengekspresikan imajinasinya, termasuk celana dalam. Apa hubungannya dengan harga2 Sembako dan macem2, hehehe 😀
Selain itu, puisi itu juga multitafsir. Dus, celana yang diungkap oleh Hasan dan Pinurba saya kira tak semata2 bermakna harfiah tentang celana.
Oktober 4, 2007 pada 11:42 pm
#celo
tentu tabu sangat jika diumbar di muka umum
konteknya yang “ngobrol” kan dua orang lelaki (penyair)
maaf om anda salah 😆
Pak Sawali
itulah pak yang saya tangkap dari sajak kang Haris ini, siapapun bisa menafsirkan sajak, tentu saja menurut versi masing-masing. makanya ia ‘mencipta’ tiga tokoh berbeda dalam sajaknya itu. yang secara tersirat menjelaskan bahwa, bisa saja sajak itu dipahami berbeda dengan pemahaman penyair yang melahirkannya.
sepenangkapan saya, kang haris ‘menjelma’ menjadi lelaki brewok yang bertanya, kenapa penyair lebih sibuk dengan celana dalam, ketimbang permasalahan sosial?
kalo kang haris sih mengartikannya sebagai “karakter, gaya, atau teori berpuisi” 😀
Oktober 5, 2007 pada 9:33 am
(garuk-garuk kepala)
wah… nggak tau y, ternyata celana dalam punya makna yang begitu “dalam”
Oktober 5, 2007 pada 8:44 pm
#sQ
apalagi kalo ditelusuri lebih dalam
Oktober 6, 2007 pada 6:30 am
kalo menurut kesehatan, celana dalam yang terlalu ketat tidak bagus untuk kesuburan pria…kalo bisa cukup menggunakan celana dalam bila perlu saja…
Oktober 6, 2007 pada 7:43 am
oalah…….mbahas daleman…….. 😆
Oktober 6, 2007 pada 8:04 am
#imcw
jangan sampe membuat kita mandul ya pak?
#abeeayang
iseng2 bermasalah 😆
Oktober 6, 2007 pada 9:27 pm
weuy, pembicaraan ttg celana dalam ini ternyata memanjang euy! pembacaan yg menarik, dan berani. celana dalam adlh kotroversi yg tiada habis, bukan?
Oktober 6, 2007 pada 9:45 pm
wahh.. kang haris mampir juga
tak hanya kontroversi, tapi penuh inspirasi *halah sok tahu*
Oktober 7, 2007 pada 5:06 am
sebelum puasa kemaren
aku beli satu dus celana dalam
tak menyangka zaman sekarang
celana dalam harganya mahal
*puisiku.com*
Oktober 7, 2007 pada 5:46 am
ah, aku dari dulu paling susah memahami yg namanya puisi.. tapi karena analisis yg keren ini aku jadi agak nyambung sedikit dengan isinya.. hebat.. salut euy atas analisisnya..
Oktober 7, 2007 pada 8:39 am
perasaan uda baca ini deh, kok blm ada komen aLe yah *heran mode : on*
Oktober 7, 2007 pada 8:42 am
emang keren pemikiran yg beda itu ya.,
aLe suka salut ama orang2 yg bs menerjemahkan sesuatu dgn beda 😀
*ngaco.com* 😛
Oktober 7, 2007 pada 6:48 pm
#w@hyu
ini juga nekat mas, bermodalkan sifat sok tahu sayah 😀
#icha
speechless sayah *ngakak aja* 😆
#aLe
si om udah mulai pikun nih
emang keren tuh puisi, sebuah karya monumental 😀
*hipebolis.com* 😛
Oktober 8, 2007 pada 12:20 pm
lg musim kancut ya skrg?
Oktober 9, 2007 pada 1:38 am
#syafriadi
seperti yang anda saksikan 😆
Oktober 9, 2007 pada 5:58 am
Huahahaha….. moso ada superhero pakai celana dalemnya yang ada tulisan GT-Man atau Crocodile di luarnya! Ngga elit banget huehehehe…..
Btw thanks ya sudah mampir di blogku! 🙂
Oktober 9, 2007 pada 9:00 am
cuma mampir sebentar, salam kenal ya
Oktober 9, 2007 pada 10:28 am
yang penting celana dalem gw ga pernah di curi orang. .lam kenal 😀
Oktober 9, 2007 pada 12:20 pm
mungkin ini ditujukaan pada para superhero
seperti sayayg masih sering ketuker pake celana dalam di luar
Oktober 9, 2007 pada 12:24 pm
saya setuju dengan pak dokter imcw
pake celana dalam seperlunya saja
toh itu cuma kemasan
yg penting isinya terjaga
malah ada teman yg bilang
kalo turing jauh enakan ga pake celdal
pantat ga gampang panas, katanya
Oktober 10, 2007 pada 12:11 am
Saya jadi lupa menjemur celana dalam saya… 😕
*dibunuh akibat OOT*
Oktober 10, 2007 pada 1:52 am
#Yari NK
superhero juga manusia… *tereak2 gaya candil*
siapa tahu dia salah ambil, malah kepake celana dalam pak Yari, hehe piss pak ^^v
#ayahshiva
silahkan, salam kenal juga
#Ochep PoB
lagian siapa yang doyan 😛
#caplang™
kemasan kan menjaga isi mas,
jangan mengkambing hitam-kan orang laen, ngaku napa! 😆
#rozenesia
*siram roze pake air kobokan*
November 30, 2007 pada 9:48 pm
a,.haiii,,.. mampir lagi.. aku lagi seneng nihhh